A. Tanda-tanda ‘vital’, adalah petunjuk penting ‘kondisi kerja’ beberapa bagian tubuh, yang dituangkan dalam bentuk ‘angka’. Berapa angka yang normal sebenarnya sangat bervariasi dari waktu ke waktu, dari jam ke jam, dan dari hari ke hari.
DETAK JANTUNG (per menit):
Merupakan jumlah detakan jantung dalam semenit. Detak jantung ini dipengaruhi antar lain oleh olahraga, penyakit, cedera, dan emosi.
• Bayi baru lahir : antara 110-180
• Dewasa : antara 60-100
TEKANAN DARAH
Ada dua angka yang mengukur tekanan darah, misalnya, 130/85. Angka pertama merupakan tekanan systolic, yaitu tekanan saat jantung memompa darah keluar untuk beredar di seluruh tubuh. Yang kedua adalah angka tekanan dastolik, saat jantung dalam posisi relaks, antara berdetak dan diisi kembali olah darah.
(untuk usia di atas 18 tahun)
• normal : di bawah 130/ di bawah 85 mm Hg
• tinggi : di atas 139/ di atas 89 mm Hg
• tebaik : di bawah 120/ di bawah 80 mm Hg
• rendah : di bawah 90/ di bawah 70 mm Hg
NADI
DETAK JANTUNG (per menit):
Merupakan jumlah detakan jantung dalam semenit. Detak jantung ini dipengaruhi antar lain oleh olahraga, penyakit, cedera, dan emosi.
• Bayi baru lahir : antara 110-180
• Dewasa : antara 60-100
TEKANAN DARAH
Ada dua angka yang mengukur tekanan darah, misalnya, 130/85. Angka pertama merupakan tekanan systolic, yaitu tekanan saat jantung memompa darah keluar untuk beredar di seluruh tubuh. Yang kedua adalah angka tekanan dastolik, saat jantung dalam posisi relaks, antara berdetak dan diisi kembali olah darah.
(untuk usia di atas 18 tahun)
• normal : di bawah 130/ di bawah 85 mm Hg
• tinggi : di atas 139/ di atas 89 mm Hg
• tebaik : di bawah 120/ di bawah 80 mm Hg
• rendah : di bawah 90/ di bawah 70 mm Hg
NADI
Adalah gerakan / aliran darah pada pembuluh darah arteri yang dihasilkan oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung.
Sekarang tentang pemeriksaan atau pengukuran denyut nadi. Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan dengan alat elektronik yang sederhana maupun canggih
Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada daerah arteri radialis pada pergelangan tangan, arteria brakhialis pada siku bagian dalam, arteri karotis pada leher, arteri temporalis pada samping muka bagian atas didepan-atas telinga, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan pada arteri frontalis pada bayi.
TUJUAN:
- Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
- Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler
ALAT dan BAHAN
- Arloji (Jam) atau stop-watch
- Buku catatan nadi
- Pena
Prosedur Kerja
- Jelaskan prosedur kepada klien
- Cuci tangan
- Atur posisi pasien
- Letakkan kedua lengan pasien terlentang disisi tubuh
- Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
- Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari manis (ex : lihat gambar). Tentukan frekuensi per-menit dan keteraturan irama serta kekuatan denyutan
- Catat hasil
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
BUKU:
A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakrata : EGC : 2004
SUHU
Suhu didefinisikan sebagai derajat panas suatu benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Suhu juga disebut temperatur.Benda yang panas memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan benda yang dingin.Namun demikian, apakah alat indera kita dapat membedakan suhu dengan baik?
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.
pemeriksaan suhu tubah dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu :
1.ketiak
2.mulut
3.anus
nilai setandar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :
* Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
* Normal , bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C
* Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C
* Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
ALAT PENGUKUR SUHU TUBUH
Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass thermometers). Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius ( Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan titik didih 100 derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang mempunyai kepekaan tinggi dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik , banyak dipakai pada kondisi kegawatan.
PENGUKURAN SUHU TUBUH
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu di mulut (oral), anus (rectal), ketiak (axilla) dan telinga ( auricular ) . Masing- masing tempat mempunyai variasi suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4 C (0.7 F) lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 C (1 F) dari pada oral . Di Puskesmas biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan suhu aksila.
Pemeriksaan Suhu Aksila dengan Termometer Air Raksa
Pengukuran suhu aksila dianggap paling mudah dan aman, namun kurang akurat. Penggunaan sering dilakukan pada :
1. Anak
2. Pasien dengan radang mulut
3. Pasien yang bernapas dengan mulut atau menggunakan alat bantu napas
Persiapan pemeriksaan suhu :
1). persiapan peralatan
1. Cucilah tangan
2. Siapkan soft tissue atau lap bersih
3. Siapkan buku pencatat suhu dan alat tulis
4. Sebuah handuk bersih untuk membersihkan keringat pasien
2). Persiapan pasien
1. Jagalah privasi pasien dengan tirai atau pintu tertutup.
2. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya pemeriksaan suhu aksila
3. Lepaskan baju pasien dan bagian lain ditutup dengan selimut.
3). Cara pemeriksaan
1. Pegang termometer pada bagian ujung yang tumpul.
2. Bersihkan dengan soft tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan dalam desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih
3. Peganglah ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua, turunkan tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celsius
4. Bukalah lengan pasien.
5. Bersihkan keringat pasien dengan handuk yang kering/ tissue
6. tempelkan termometer ke ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan bawah pasien keatas dada, sedangkan pada anak pegang tangannya dengan lembut.
7. Biarkan selama 5-10 menit untuk hasil yang baik.
8. Angkat termometer dan bersihkan dengan soft tissue/ lap bersih dengan gerak rotasi.
9. Bacalah tingkat air raksa sejajar dengan mata pemeriksa.
10. Turunkan tingkat air raksa < 35,50C.
11. Kembalikan termometer ke tempat penyimpanan.
12. Cuci tangan.
Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.
Tujuan tindakan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
Alat dan Bahan
1. Termometer
2. Tiga buah botol
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
Alat dan Bahan
1. Termometer
2. Tiga buah botol
• botol pertama berisi larutan sabun
• botol kedua berisi larutan desinfektan
• botol ketiga berisi air bersih
• botol kedua berisi larutan desinfektan
• botol ketiga berisi air bersih
3. Bengkok
4. Kertas/tisu
5. Vaselin
6. Buku catatan suhu
7. Sarung tangan
Prosedur kerja
Pemeriksaan suhu oral
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Atur posisi pasien (manusia coba).
5. Tentukan letak bawah lidah.
6. Turunkan suhu termometer di bawah 34° - 35°C.
7. Letakkan termometer di bawah lidah se¬jajar dengan gusi.
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3-5 menit.
9. Angkat termometer dan baca hasilnya.
10. Catat hasil.
11. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
12. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
4. Kertas/tisu
5. Vaselin
6. Buku catatan suhu
7. Sarung tangan
Prosedur kerja
Pemeriksaan suhu oral
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Atur posisi pasien (manusia coba).
5. Tentukan letak bawah lidah.
6. Turunkan suhu termometer di bawah 34° - 35°C.
7. Letakkan termometer di bawah lidah se¬jajar dengan gusi.
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3-5 menit.
9. Angkat termometer dan baca hasilnya.
10. Catat hasil.
11. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
12. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
PERNAPASAN
Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara mahkluk hidup (organism) dengan ligkungannya. Secara umum, pernapasan dapat diartikan sebagai proses menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar.
Pernapasan pada manusia mencangkup proses, yaitu pernapasan eksternal (pernapasan luar) dan pernapasa internal (pernapasan dalam). Pernapasan eksternal adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi antara udara dalam gelembung paru-paru dengan darah dalam kapiler. Pernapasan internal adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh.
Dalam proses pernapasan, oksigen dibutuhkan untuk oksidasi (pembakaran) zat makanan. Zat makanan yang teroksidasi tersebut yaitu gula. Gula merupakan zat makanan yang mengandung energy. Jadi, pernapasan atau respirasi yang dilakukan organisme bertujuan untuk mengambil energy yang terkandung di dalam makanan.
Tujuan menghitung pernafasan:
Mengetahui jumlah pernafasan/mnt
Membantu menentukan diagnosa dan prognosa.
Mengetahui keadaan perkembangan pasien.
Pelaksanaan Perhitungan Pernafasan
Secara rutin bersamaan setelah menghitung nadi, terutama pada pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan ataupun gangguan hematologi.
Sewaktu bila diperlukan.
Atas instruksi dokter.
Pada waktu pasien akan, sedang, sesudah dibedah.
Cara Kerja Menghitung Pernafasan
Persiapan alat:
Jam tangan dengan jarum penunjuk detik.
Pena dan buku catatan.
Mengetahui jumlah pernafasan/mnt
Membantu menentukan diagnosa dan prognosa.
Mengetahui keadaan perkembangan pasien.
Pelaksanaan Perhitungan Pernafasan
Secara rutin bersamaan setelah menghitung nadi, terutama pada pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan ataupun gangguan hematologi.
Sewaktu bila diperlukan.
Atas instruksi dokter.
Pada waktu pasien akan, sedang, sesudah dibedah.
Cara Kerja Menghitung Pernafasan
Persiapan alat:
Jam tangan dengan jarum penunjuk detik.
Pena dan buku catatan.
Jangan memberitahu klien bahwa perawat akan menghitung frekuensi pernafasan
Pastikan Klien dalam posisi nyaman duduk lebih baik.
Rasional : Ketidaknyamanan dapat menyebabkan klien bernafas cepat.
Menghitung pernafasan dengan menghitung turun naiknya dada sambil memegang pergelangan tangan.
Rasional : Memegang tangan pasien bisa mencegah perubahan kecepatan pernafasan, karena merasa diamati
Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
Rasional : Menjamin hitungan mulai dengan siklus pernafasan normal.
Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh
Rasional : Menjamin hasil perhitungan lebih akurat
Sambil menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan: dangkal, dalam atau normal, apakah irama normal
Rasional : Karakter gerakan ventilasi dapat menunjukkan perubahan khusus / status penyakit.
Catat hasil pada bagan. Laporkan adanya tanda perubahan pernafasan
Rasional : Memberikan data untuk pengamatan perubahan pada kondisi pasien.
Pertimbangan Pediatrik.
Mengejutkan / membangunkan bayi untuk mengukur RR dapat meningkatkan frekuensi pernafasan tidak benar.
Bisa dilihat/ di observasi RR pada saat berbaring tenang dengan dada / abdomen tidak ditutup selimuti.
Pastikan Klien dalam posisi nyaman duduk lebih baik.
Rasional : Ketidaknyamanan dapat menyebabkan klien bernafas cepat.
Menghitung pernafasan dengan menghitung turun naiknya dada sambil memegang pergelangan tangan.
Rasional : Memegang tangan pasien bisa mencegah perubahan kecepatan pernafasan, karena merasa diamati
Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
Rasional : Menjamin hitungan mulai dengan siklus pernafasan normal.
Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh
Rasional : Menjamin hasil perhitungan lebih akurat
Sambil menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan: dangkal, dalam atau normal, apakah irama normal
Rasional : Karakter gerakan ventilasi dapat menunjukkan perubahan khusus / status penyakit.
Catat hasil pada bagan. Laporkan adanya tanda perubahan pernafasan
Rasional : Memberikan data untuk pengamatan perubahan pada kondisi pasien.
Pertimbangan Pediatrik.
Mengejutkan / membangunkan bayi untuk mengukur RR dapat meningkatkan frekuensi pernafasan tidak benar.
Bisa dilihat/ di observasi RR pada saat berbaring tenang dengan dada / abdomen tidak ditutup selimuti.
Pertimbangan Geriatri
Orang dewasa normalnya bernafas 12 sampai dengan 20x / mnt.
Peningkatan usia dapat diikuti dengan peningkatan frekuensi pernafasan karena peningkatan kekakuan dinding dada.
Orang dewasa normalnya bernafas 12 sampai dengan 20x / mnt.
Peningkatan usia dapat diikuti dengan peningkatan frekuensi pernafasan karena peningkatan kekakuan dinding dada.
Pemeriksaan Pernapasan
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.
Tujuan
1. Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan.
Alat dan bahan
1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan
3. Pena
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.
Tujuan
1. Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan.
Alat dan bahan
1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan
3. Pena
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
5. Catat hasil.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
5. Catat hasil.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
TENSI ATAU PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Tensi Atau Pengukuran Tekanan Darah adalah menghitung hasil dari curah jantung dan tahanan pembuluh darah perifer dengan menggunakan spingnomanometer
Alat yang digunakan :
- Stetoscope
- Spingnomanometer dengan manset
Langkah-langkah pengukuran tekanan darah (ringkasan)
Persiapan
Kamar periksa harus tenang dengan suhu kamar yang nyaman. Idealnya, tekanan darah tidak boleh diukur jika pasien melakukan aktivitas fisik, merokok, minum kopi, atau makan 30 menit sebelumnya.
Kamar periksa harus tenang dengan suhu kamar yang nyaman. Idealnya, tekanan darah tidak boleh diukur jika pasien melakukan aktivitas fisik, merokok, minum kopi, atau makan 30 menit sebelumnya.
Posisi Pasien
Posisi yang benar sangat menentukan keakuratan pengukuran. Punggung dan tungkai bawah pasien sebaiknya ditopang, dengan tungkai bawah tidak boleh menyilang dan kaki berada pada permukaan yang datar dan keras. Pada lengan di mana tekanan darah akan diukur diupayakan longgar sampai ke bahu, lengan dari pakaian jika diangkat harus longgar sehingga tidak mengganggu aliran darah atau tidak mengganggu manset tensimeter. Lengan sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga berada sejajar dengan jantung. Manometer juga sebaiknya diposisikan sejajar dengan mata pemeriksa.
Pengukuran Lengan
Kesalahan umum dalam mengukur tekanan darah adalah penggunaan manset yang ukurannya tidak sesuai dengan pasien. Ukuran manset yang kecil akan menimbulkan overestimasi tekanan darah. Pemilihan ukuran manset dilakukan dengan pengukuran lingkar lengan pada titik tengah lengan atas (pertengahan antara acromion dan olecranon). Lingkar lengan dan ukuran manset yang disarakan adalah berturut turut sebagai berikut (dalam centimeter):
- 22-26: manset 12×22 (small adult arm)
- 27-34: manset 16×30 (adult arm)
- 35-44: manset 16×36 (large adult arm)
- 45-52: manset 16×42 (adult thigh)
Penempatan manset
Manset diletakan pada pertengahan lengan atas lengan, sekitar 2 cm di atas siku. Diletakkan dengan rapi dan tidak terlalu ketat (dua jari tangan masih bisa dimasukkan diantaranya).
Pengukuran Tekanan Darah
Untuk menghindari pengembungan manset yang berlebihan yang bisa berakibat pada ketidaknyamanan pasien, maka sebaiknya ditentukan tekanan denyut obliterasinya. Pompa manset hingga 80 mmHg kemudian turunkan kecepatan pemompaan menjadi 10 mmHg per 2-3 detik sambil mendengarkan dan memperhatikan hilangnya suara denyut. Begitu suara denyut hilang longgarkan kembali dengan kecepatan 2 mmHg per detik.
Lakukan pengukuran tekanan darah dengan langkah-langkah sebagai berikut. Letakkan bagian bell stetoskop diatas arteri brakialis, untuk menghindari suara berisik usahakan stetoskop tidak bersentuhan dengan pakaian pasien. Dengan cara yang sama seperti ada penentuan tekanan denyut obliterasi, pompa manset hingga 20-30 mmHg diatas tekanan denyut obliterasi kemudian kendorkan pemompaan dengan kecepatan 2 mmHg per detik sambil mendengarkan suara Korotkoff.
Sejalan dengan pengenduran manset, turbulensi aliran darah melalui arteri brakialis menimbulkan rangkaian suara. Hal ini dikelompokkan menjadi 5 (lima) fase suara. Fase 1 ditandai oleh suara yang jelas, suara menghentak dan berulang, bersamaan dengan pemunculan kembali denyut nadi yang teraba. Pemunculan awal suara fase 1 ini sama dengan tekanan darah sistolik. Selama fase 2, suara murmur terdengar. Pada fase 3 dan 4, perubahan mulai terjadi dimana suara nadi mulai melemah (biasanya 10 mmHg diatas tekanan darah diastolik yang sebenarnya). Pada fase 5, suara mulai hilang, dan menunjukkan tekanan darah diastolik. Untuk lebih meyakinkan pengamatan sebaiknya dilanjutkan hingga 10 mmHg dibawah fase 5.
Klasifikasi Tekanan Darah [sistolik | diastolik dalam mmHg]
- Normal: <120 | <80
- Prehypertension: 120-139 | 80-89
- Stage I hypertension: 140-159 | 90-99
- Stage II hypertension: ≥160 | ≥100
Pemeriksaan Tekanan Darah
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode langsung: metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memer¬lukan persyaratan dan keahlian khusus; metode tak langsung: metode yang menggunakan sfig¬momanometer. Pengukuran tak langsung ini menggunakan dua cara, yaitu palpasi yang meng¬ukur tekanan sistolik dan auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan alat stetoskop.
Tujuan
Mengetahui nilai tekanan darah.
Alat dan bahan
1. Sfigmomanometer (tensimeter) yang ter¬diri dari:
• manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
• manset udara
• slang karet
• pompa udara dari karet + sekrup pem¬buka dan penutup
2. Stetoskop
3. Buku catatan tanda vital
4. Pena
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode langsung: metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memer¬lukan persyaratan dan keahlian khusus; metode tak langsung: metode yang menggunakan sfig¬momanometer. Pengukuran tak langsung ini menggunakan dua cara, yaitu palpasi yang meng¬ukur tekanan sistolik dan auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan alat stetoskop.
Tujuan
Mengetahui nilai tekanan darah.
Alat dan bahan
1. Sfigmomanometer (tensimeter) yang ter¬diri dari:
• manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
• manset udara
• slang karet
• pompa udara dari karet + sekrup pem¬buka dan penutup
2. Stetoskop
3. Buku catatan tanda vital
4. Pena
Prosedur kerja
Cara palpasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju di buka.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat ¬maupun terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa uda¬ra berlawanan arah jarum jam.
11. Catat mm Hg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini me¬nunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.
12. Catat hasil.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Cara auskultasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Letakkan lengan yang hendak diukur da¬lam posisi telentang.
5. Buka lengan baju.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan ter¬lalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukkan denyut nadi arteri radialis deks¬tra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
11. Kempeskan balon udara manset secara per¬lahan dan berkesinambungan dengan me¬mutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12. Catat tinggi air raksa manometer saat per¬tama kali terdengar kembali denyut.
13. Catat tinggi air raksa pada manometer:
Suara§ Korotkoff I: menunjukkan besar¬nya tekanan sistolik secara auskultasi.
§ Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara aus¬kultasi.
14. Catat hasilnya pada catatan pasien.
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Cara palpasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju di buka.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat ¬maupun terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa uda¬ra berlawanan arah jarum jam.
11. Catat mm Hg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini me¬nunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.
12. Catat hasil.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Cara auskultasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Letakkan lengan yang hendak diukur da¬lam posisi telentang.
5. Buka lengan baju.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan ter¬lalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukkan denyut nadi arteri radialis deks¬tra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
11. Kempeskan balon udara manset secara per¬lahan dan berkesinambungan dengan me¬mutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12. Catat tinggi air raksa manometer saat per¬tama kali terdengar kembali denyut.
13. Catat tinggi air raksa pada manometer:
Suara§ Korotkoff I: menunjukkan besar¬nya tekanan sistolik secara auskultasi.
§ Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara aus¬kultasi.
14. Catat hasilnya pada catatan pasien.
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar